Fenomena Badai Matahari
Prediksi NASA yang secara resmi telah di umumkan, dan indonesia
termasuk kedalam wilayah yang bakal terkena badai matahari gan karena
indonesia termasuk kedalam garis Convenyor Belt.NASA melaporkan akan
adanya badai matahari pada 21 Desember 2012. Badai besar dan tsunami
besar juga akan menyapu lautan Convenyor Belt di mana RI juga jadi
bagiannya.
Dalam 6 tahun terakhir masyarakat dunia telah menyaksikan berbagai
bencana besar. Di mulai dengan tsunami akhir Desember 2004, badai
Katrina, gempa di atas 7 skala Richter di Haiti, Chile, China dan
terakhir letusan gunung yang sudah lama tidur di pulau tenang Islandia.
Bencana seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Sensitivitas
kita melihat hal-hal besar seperti ini menipis dan akhirnya kita lengah.
Solar maksimum adalah periode aktivitas matahari terbesar dalam siklus matahari. Selama solar maksimum, sunspot atau bintik matahari muncul.
Berlawanan dengan solar minimun, solar maksimum adalah saat di mana medan magnetik matahari paling terdistorsi karena medan magnet di ekuator matahari berputar sedikit lebih cepat daripada di kutub matahari. Siklus matahari terjadi rata-rata sekitar 11 tahun dengan variasi antara 9 dan 14 tahun.
Kini peneliti di NASA telah secara resmi mengumumkan badai matahari akan terjadi. Pemberitaan resmi NASA tentang solar maksima yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2012 diumumkan di web resminya. Di situs itu, NASA mengatakan pada 2012 polar matahari memiliki titik didih yang sangat tinggi, artinya bumi akan menerima panas 3-5 kali lebih besar dari sekarang.
Selain itu, NASA memberitakan akan adanya badai besar dan tsunami besar di tahun 2012, di wilayah lautan sekitar Convenyor Belt di mana Indonesia adalah bagian dari Convenyor Belt tersebut.
NASA mengklaim jika hal ini terjadi, 2/3 populasi di bumi akan lenyap. Namun kedua informasi ini kemudian dihapus oleh NASA. Mereka belakangan sadar jika hal ini disebarkan dari sekarang secara resmi, maka kekacauan dunia akan terjadi, penjarahan di mana-mana dan global panic. Itu sebabnya mengapa NASA kemudian menghapus informasi itu dari websitenya.
Namun penghapusan informasi itu tidak menghentikan para scientist mengumumkan hasil penelitiannya yang menganggap bahwa masyarakat dunia mempunyai hak untuk mengetahui apa yang akan terjadi agar dapat mempersiapkan diriya dengan baik.
Astrofisikawan terkenal Michio Kaku melalui Fox News Channel TV membenarkan bahwa solar maksima akan terjadi pada tahun 2012 dan akan menimbulkan kekacauan global. Penjelasan Michio Kaku masih dapat dilihat di sini namun setelah mendapat ”peringatan”, ia kemudian memberikan penjelasan yang bertolak belakang.
Prediksi ini juga datang dari sumber lain, tim peneliti yang dipimpin oleh Mausumi Dikpati dari National Center for Atmospheric Research (NCAR). Ia mengatakan bahwa siklus sunspot akan 30% – 50% lebih besar dari yang sebelumnya. Ia memperkirakan hal itu akan terjadi pada tahun 2012. David Hathaway dari National Space Science & Technology Center (NSSTC) bahkan memprediksi solar maksima ini akan terjadi antara tahun 2010- 2011.
Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh DR Alfred Webre kemudian membuat penelitian tersendiri yang disebut Project Camelot. Secara sangat ilmiah ia menyampaikan betapa seriusnya masalah yang akan dihadapi warga dunia, jika solar maksima terjadi tidak lama lagi.
Pendapatnya didukung oleh banyak scientist lain seperti DR Dawid Wilcock, Andrew Basiago, Bob Dean dan Brian O’Leary. Tokoh-tokoh ini dianggap sebagai whistleblower tentang apa yang selama ini dirahasiakan atau ditutupi oleh NASA.
Kepala Observatorium Bosscha, Hakim Luthfi Malasan mengatakan, badai matahari memang diperkirakan muncul pada tahun 2012 mendatang akibat siklus matahari setiap 11 tahun. Siklus matahari yang terjadi pada tahun 2001 lalu diperkirakan kembali terjadi antara tahun 2012-2014 dan salah satunya menyebabkan badai matahari.“Berdasarkan siklus, aktivitas matahari akan meningkat pada tahun 2012. Namun, berdasarkan berbagai penelitian, siklus itu akan bergeser antara tahun 2012 dan 2013. Tingkat aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan siklus matahari pada tahun 2001,” katanya saat ditemui di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (27/12).
Meski demikian, Hakim mengungkapkan, badai matahari yang terjadi akibat siklus tersebut tidak akan menyebabkan kepunahan manusia seperti teori katastrofi yang dianut sebagian ilmuwan. Badai tersebut, kata dia, hanya berpotensi menyebabkan kerusakan satelit dan komunikasi radio serta perubahan iklim yang ekstrem, seperti terjadinya badai el nino dan la nina.
Badai matahari atau solar storm merupakan efek yang ditimbulkan dari lidah api matahari (solar flare) yang menyembur akibat lontaran massa korona seiring dengan meningkatnya aktivitas matahari. Semburan lidah api matahari setara dengan 2,5 x 10 25 megaton TNT atau miliaran bom atom. Panjang lidah api bisa mencapai 2-3 juta kilometer dan berlangsung sekitar dua jam.
Jika dibandingkan dengan jarak matahari dan bumi yang mencapai 150 juta kilometer, kata Hakim, lidah api matahari tentu tidak sampai ke permukaan bumi. Hanya saja, fenomena itu menimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik yang salah satunya menyebabkan badai matahari.
“Badai matahari itulah yang bisa menembus pelindung bumi, yakni atmosfer dan magnetosfer. Akibat hantaman badai matahari, satelit dan jaringan telekomunikasi akan rusak, sehingga menyebabkan alat komunikasi dan elektronik di bumi, seperti Hp, ATM, radio, dan televisi tidak berfungsi,” katanya.
Pada tahun 2003, Hakim menyebutkan, badai matahari sempat membuat listrik padam di kawasan Kanada dan Alaska yang juga menimpa kawasan Inggris Raya beberapa tahun lalu. Pada tahun 2005, badai matahari juga menyebabkan sejumlah jadwal penerbangan di dunia tertunda akibat cuaca ekstrem.
Terakhir pada tanggal 26 Desember 2011 lalu, NASA juga mendeteksi terjadinya badai matahari akibat semburan lidah api matahari. Pada saat yang sama, Hakim mengaku beberapa alat telekomunikasinya tidak berfungsi tetapi terlalu dini baginya untuk mengaitkan kedua hal tersebut.
Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antarika Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, saat dihubungi pada Rabu (4/1/2012), mengatakan, “Secara statistik, tidak akan terjadi seperti itu. Hampir rata-rata.” NASA dalam pernyataan di webnya, Kamis (22/12/2011), juga menyatakan, “Tidak ada risiko spesial terkait 2012. Puncak aktivitas yang terjadi pada 2012-2014 diprediksikan sebagai siklus Matahari rata-rata, tak ada perbedaan dengan siklus lain.”
Menurut Thomas, frekuensi badai Matahari akan meningkat saat aktivitas Matahari memuncak. Aktivitas Matahari ditandai dengan semakin banyaknya bintik Matahari. Bila jumlah bintik lebih dari 100, Matahari dikatakan aktif.
“Aktivitas Matahari terbesar pernah terjadi tahun 1960 saat terdapat 200 bintik Matahari. Kedua pada tahun 1780 ketika jumlah bintik Matahari mencapai 150. Siklus terakhir tahun 2000 jumlah bintiknya 120,” kata Thomas.
Saat ini, jumlah bintik Matahari masih sekitar 100, masih fluktuatif. Beberapa hari lalu, jumlah bintik Matahari sempat hanya 60. Untuk hari ini, penghitungan jumlah bintik Matahari menunjukkan sekitar 95.
Dengan jumlah bintik Matahari tersebut, badai Matahari yang mungkin muncul tak akan terlalu besar. Gangguan yang harus diwaspadai adalah pada komunikasi, navigasi, dan kelistrikan. Badai Matahari tidak akan menyebabkan kepunahan kehidupan.
Thomas mengatakan, badai Matahari digolongkan menjadi kelas A, B, C, M, dan X. Kelas X merupakan yang terbesar. Badai Matahari yang muncul bulan Desember lalu hanya pada kelas C dan B, dan ada beberapa yang kelas M.